Kehilangan Barang di Pesantren adalah hal yang lumrah -Saya adalah santri di pesantren Rojaul Huda Darun Nasya . Sudah mondok di pesantren ini dari tahun 1993. dan sekarang sudah tahun 2021. jadi sudah berapa tahun ya? Yang jelas, saya masih sangat miskin ilmu, hal utama tersebut lah yang membuat saya tetap bertahan di pesantren ini.
Selain itu, belum dapat izin dari Abyna KH. Taman Syahmutama untuk meninggalkan pesantren adalah faktor utama. Menjalani kehidupan sebagai santri, Petunjuk dari seorang guru adalah kiblat dalam melangkah. Tidak satupun keputusan besar yang saya ambil, tanpa bimbingan atau arahan dari Abyna. Karena saya memegang prinsip yang dipegang para ulama seperti Imam Al-Ghazali, yaitu “Seorang guru, tidak mungkin mencelakakan muridnya”, dengan keyakinan tersebutlah, saya tetap hidup tenang di Pesantren.
Daftar Isi
Kenapa Santri Sering Kehilangan Barangnya?
Selain sebagai santri, saya pun kini mengasuh beberapa santri baru, banyak pelajaran yang saya ambil dari pengalaman tersebut. Kalau lihat mereka, yang baru nyantri satu atau dua tahun, ingin tertawa saja rasanya. Melihat tingkah anaknya, pun orang orang tuanya, lucu sekali rasanya.
Pernah suatu hari saya mengunjungi kamar santri baru untuk mengecek keadaannya. Saya simpan sendal, tepat di depan kamar santri, setelah mengecek selesai, saya kembali keluar kamar, dan apa yang terjadi, sendal saya hilang entah kemana. Melihat itu ya saya biasa saja, pengalaman saya di pesantren, biasa menyaksikan oknum santri yang tidak mengamalkan ilmunya, mengghasab (meminjam tanpa izin) pengirim milik orang lain.
Banyak serba-serbi di pesantren yang tidak dapat kita jumpai di luar pesantren, dimulai dari cara makan, sembunyi di almari karena takut takut, melakukan modifikasi almari, kehilangan rekan sampai Kehilangan sendal adalah hal biasa di pesanren. Banyaknya permasalahan yang terjadi di pesantren yang akan membuat santri belajar kehidupan yang sebenarnya. Kejadian-kejadian tersebutlah yang mengajarkan santri akan menjaga diri, disiplin, hati-hati, sabar, dan lain-lain.
Raib raib dan raib, itu masalah yang akan kerap anda dapatkan bila sekolah di pesantren. beberapa orang bertanya mengapa di pesantren yang notabennya audit agama namun banyak terjadi Kehilangan barang ?. saat sebelum kita mengulas pemicu Kehilangan, lebih dulu kita kategorisasikan barang apa yang tersering raib:
- Sandal
- Uang
- Seragam
- Alat Mandi
- Kosmetik
- Sarung
- Bantal
- Kasur
- Pasta Gigi
- dll
Barang di atas barang yang tersering raib, lalu apasih pemicunya kok umum terjadi Kehilangan ?, berdasarkan perkiraan saya secara individu ada 4 penyebab kenapa terjadi kehilangan di pesantren biasa:
1. Kehilangan Barang di Pesantren Karena Teledor
Namanya masih anak-anak, ceroboh atau mungkin kurang telaten pada barangnya merupakan hal yang wajar. Jika di rumah, barang-barangnya ada yang membantu menyimpan dan merapihkan, di pesantren, semuanya harus dilakukan sendiri. Perlu waktu agar anak benar-benar bisa menjaga barang hanya.
Namun bukan berarti, ketika anak kehilangan barangnya, kita tidak perlu melakukan apa-apa. Untuk pengurus pesantren, Pengecekan kepemilikan barang setidaknya harus dilakukan minimal dua minggu sekali. Hal ini untuk meminimalisir penggunaan barang santri di luar ketentuan dan Kehilangan barang.
Orang tua yang penting dalam hal ini, orang tua harus memiliki daftar barang yang boleh dan tidak boleh dibawa oleh santri. Ada batasan penggunaan barang di pesantren. Contohnya jumlah kaos, pesantren hanya membolehkan santri membawa kaos maksimal tiga. Hal ini meminimalisir penumpukan cucian, karena santri merasa bahwa ia masih punya stok pakaian yang bersih, sehingga ia dapat mencuci pakaiannya.
Di Pesantren Rojaul Huda, terdapat kebijakan bahwa setiap pakaian santri yang dibawa ke pesantren, harus dalam keadaan sudah dibordel, jika pakaian tersebut belum dibordel, maka akan ada tiga kemungkinan, 1. Dilelang, 2. dijadikan keset, 3. disodaqohkan.
2. Kehilangan Barang di Pesantren karena Dicuri
Pesantren memang mengatur tempat Islam, tetapi bukan bersih dari tindak kejahatan. mengapa begitu, karena keanekaragaman latar belakang santri yang berbeda. Ada yang dari lingkungan baik dan ada juga dari lingkungan yang jelek.
kadang ada yang telah pulih dari perilaku jeleknya namun ada juga yang masih belum. Oleh karena itu di pesantren, masihlah ada peristiwa perampokan. Pengalaman individu yang saya dulu saat di pesantren kerap kalah, tetapi karena telah diberikan nasihat untuk tetap sabar dan memperbaiki diri dalam menjaga barang kepemilikan, lambat laun, barang saya menjadi lebih terjaga, dan ketika kehilangan barang, saya tidak biasa saja, tidak berlebihan.
3. Kehilangan Barang di Pesantren Karena Tertukar
Barang yang digunakan oleh santri relatif sama. Barang tersebut ditempat di lokasi yang sama pula. Sedangkan santri memiliki kegiatan yang padat, jeda dari satu kegiatan ke kegiatan lain hanya sebentar, maka sesekali wajar jika barang santri tertukar.
Tetapi, kadang kala santri memiliki keinginan untuk mencoba barang punya, lalu lupa kembali, dari sanalah petaka hilang dimulai. Tidak jarang, satu barang digunakan oleh beberapa santri secara bergantian tanpa diketahui pemiliknya. Bagaimana nasibnya? ya sudah wallahu a’lam.
Di Pesantren Rojaul Huda, setiap barang harus beridentitas dengan jelas, baju harus terbordel, sepatu harus diberi nama, buku, dan lain-lain. Namun hal tersebut hanya bersifat meminimalisir, peran santri lah yang utama dalam menjaga barangnya agar tidak hilang. Harus ada akad yang jelas antara santri yang memberi pinjam dan yang meminjam, kapan dikembalikan dan kerugian dari kerusakan harus dibicarakan di awal.
4. Hilang Barang Karena Lupa
Bila ceroboh artinya asal-asalan saat menyimpan barang, sedang lupa di sini ialah lupa menyimpan atau lupa mengantarnya. Karena kehidupan di pesantren cukup merepotkan dengan adanya banyak aktivitas itu dan ini hingga gampang lupa menyimpan atau lupa bawa balik barang yang tadi di bawanya, bisa saja karena tergesa-gesa atau karena begitu konsentrasi pada suatu hal.
Tetapi saat anak ingat jika ada suatu hal yang lupa dia membawa atau lupa menyimpan suatu hal pada umumnya mereka untuk menelusurinya. Nah, rutinitas ini yang membuat santri kerap kehilangan barangnya.
Jadi tidak mengejutkan jika membuat watak yang disiplin, dan bertanggung jawab itu adalah hal yang paling susah dan memerlukan kesabaran dan waktu lama, kemungkinan perihal ini pula yang membuat beberapa orang putus semangat dalam mendidik anaknya.
Mengingatkan anak untuk tidak melakukan pekerjaan adalah hal yang harus terus dilakukan. Karena pekerjaan hanya akan mendatangkan kerugian, kerugian secara material maupun secara moral.
Mari bersama-sama mendampingi anak meraih cita-citanya, mendisipinkan dan membangun karakter yang dewasanya. Kehilangan barang di pesantren harus menjadi pelajaran agar semakin berhati-hati. Kehilangan barang di pesantren bukan lah akhir dari ujian. Hal tersebut akan terus berulang sampai kita benar-benar lulus dalam ujian tersebut.
Artikel ini didasar pengalaman individu, karena itu memungkinkan terjadi ketidaksamaan di antara satu pengalaman dengan pengalaman yang lain. mudah-mudahan artikel ini berguna. Atas kunjungannya kami katakan trimakasih …