Keterlibatan Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak-Sewaktu menyerahkan anak ke ponpes untuk dididik, kadangkala ada perasaan gamang yang dirasakan oleh orang-tua. Anak yang telah dididik dari kecil, akan tetapi harus terpisah karena belajar di ponpes. Perlu rasa keikhlasan yang luar biasa untuk menyerahkan anak ke ponpes.
Stigma yang Keliru
Keterlibatan Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak–Ada pandangan yang mengatakan jika menitipkan anak di pesantren merupakan bentuk lepasnya tanggung jawab orang-tua kepada pendidikan anak. Pandangan tersebut salah besar. Justru ketika orang-tua memberanikan diri menitipkan anak di pesantren, justru keterlibatan keluarga kepada pengajaran anak di pesantren harus tetap jadi prioritas.
Imas Nani, Seorang Ustadzah di ponpes di Lembang, Jawa Barat, Menitipkan anaknya untuk belajar di Salah satu pesantren di Garut Jawa Barat. Ia merasa dengan menitipkan anaknya di ponpes lain. Justru keterlibatan orang-tua dalam mendidik anaknya tetap diperlukan.
“Beberapa anak bakal di pantau 24 jam oleh ustad-ustad yang ada di pesantren,” kata Imas. “Dengan belajar di pesantren, maka kualitas ibadah anak jadi teratur serta mendapat pengetahuan agama serta sains baik dibandingkan jika dididik olehnya langsung,” pungkasnya.
Tidak hanya itu, umumnya orang-tua mempunyai hubungan emosional dengan sang kiai yang mengasuh pondok. Orang-tua sudah memercayakan anaknya untuk dididik langsung oleh kyai. Bermodalkan keyakinan itu menjadikan orang-tua mempercayai jika sang kiai bakal mengawasi serta mendidik anaknya dengan penuh kepedulian serta keyakinan.
Keterlibatan Orang Tua
Keterlibatan Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak- Bagaimana menjaga hubungan anak di ponpes dengan orang-tua? Orang tua kerapkali menengok putranya yang ada di Garut. “Kita memaksimalkan perjumpaan yang singkat dengan anak serta selalu membentuk keakraban dan motivasi,” kata Imas. Waktu anak berlibur di Lembang, lanjut Imas, umumnya anak saya mempraktekkan membaca kitab kuning serta latihan dakwah depan ayah serta ibunya.
Sama dengan pengajaran di sekolah umum, pengajaran pesantren lebih mengedepankan kemandirian ke para santri. Namun, orang-tua selalu dapat menjalin komunikasi dengan ustad-ustad sebagai wali santri di ponpes. Laporan perkembangan hafalan Alquran, kemajuan pendidikan, serta aktivitas keagamaan umumnya jadi tema dialog di antara orang-tua serta ustad waktu lakukan komunikasi.
Lantas, menurut Much. Tsulutsallaily, Magister Manajemen Pendidikan, ia menampik pandangan jika pendidikan di pesantren harus terlepas dari keterlibatan orang tua. Ketika di pesantren, perhatian orang tua tetap diperlukan. Doa dalam sujudnya, motivasi menjaga semangat dalam belajar, merupakan modal besar bagi anak atas peran keluarga kepada santri.
“Keluarga selalu memiliki peranan penting karena ada masa di mana perhatian serta pemantauan dapat dilakukan dengan memerhatikan kepentingan anak serta mengawasi perubahan anaknya melalui laporan dari pihak pesantren,” tuturnya ke JDN (Jurnalis Darun Nasya), beberapa saat lalu.
Pengajaran Pesantren Sebagai Solusi
Bagi beberapa orang tua, masih enggan menitipkan putra serta putrinya ke ponpes. Banyak dari orang tua memandang, bahwa pesantren adalah bentuk pengajaran tradisional yang tidak menghiraukan peranan keluarga dalam pengajaran anak. Wajar, pengajaran di pesantren memaksa beberapa anak mesti tinggal di pesantren serta jauh dari orang-tua.
Parahnya lagi, ada beberapa orang tua memandang anak yang diantarkan ke ponpes merupakan anak nakal. Pondok kerapkali dianggapsebagai tempat mendidik anak nakal agar dapat bertaubat. Konsepsi itu sudah jadi stigma pada masyarakat.
Memanglah benar hal tersebut tidak dapat disalahkan, akan tetapi pentingnya pengetahuan untuk meluruskan pandangan bahwa jika ponpes adalah unit pendidikan yang memberikan peran besar pada pendidikan nasional. Ponpes sesungguhnya dapat menjadi jalan keluar kepada beragam masalah yang ditemui putera bangsa seperti narkoba serta kenakalan anak.
Dalam sebuah kesempatan, KH Taman Syahmutama, pengasuh Pondok Pesantren Rojaul Huda Darun Nasya Lembang Jawa Barat, mengatakan ponpes bahwa Pesantren merupakan solusi terbaik dalam pendidikan anak. “Jika orang-tua takut anaknya terjerat dengan narkoba serta tawuran, ponpes merupakan jalan keluarnya,” ujarnya. Di ponpes, kata KH Taman Syahmutama, anak-anak harus dibekali pendidikan agama yang kuat menjadi bekal untuk masa depan.
Hal yang sama diungkapkan Rifqy Syahmuntaqy, ahli pendidikan berbasiskan ponpes. Memandang peristiwa jumlahnya kenakalan remaja, narkoba, serta radikalisme, pesantren yakni tempat pendidikan yang terbaik untuk anak.
“Karena pesantren mempunyai keunggulan bila dibanding dengan tempat pengajaran yang lain. Keunggulan itu dapat diliat dari mekanisme serta sistem belajar,kurikulum serta jalinan di antara santri dengan pengurus pesantren,” sebut Ustad Rifqy, begitu biasa disebut.
Rifqy merupakan alumni ponpes di Tasikmalaya ini mengatakan, pesantren merupakan pendidikan unggul karena dimasukkan pendidikan intelektualitas serta lebih menguasai pendikan akhlaq dan kapabilitas sikap serta kemandirian. “Seseorang yang di didik dipesantren tidak hanya diharapkan unggul dalam intektualitas , unggul dalam kepribadian serta akhlak, yang mana kapabilitas kepribadian akhlak ini sebagai problem besar generasi muda kebanyakan pada sekarang,” ujarnya.
Sejalan dengan perubahan zaman serta teknologi, ponpes ikut pula berubah. Akan tetapi, pesantren selalu menjaga tanda-tanda khasnya menjadi keunggulan. Ciri-ciri itu yakni pendidikan keagamaan berbasiskan kitab kuning.
“Pesantren pastilah tetap harus menjaga ke khasannya dan keunggulan yang dipunyai, namun tetaplah harus memiliki sifat terbuka dalam arti pesantren harus juga dapat menerima serta menanggapi fakta transisi sosial yang demikian cepat. Jadi santri yang belajar dalam pesantren selain mesti mempelajari ilmu-ilmu keagamaan serta Keislaman, harus juga belajar terkait tehnologi informasi,” kata alumni Kampus Universitas Pendidikan Indonesia Tersebut.